Kamis, 03 Januari 2013

POLICY BRIEF



Policy Brief- FKPR Badan Litbang Pertanian
2012

STOP IMPOR BERAS - TINGKATKAN KONSUMSI
PANGAN POKOK NON PADI SPESIFIK LOKASI


Ringkasan 

Masalah yang dihadapi Indonesia saat ini dan akan datang adalah ketergantungan pada beras yang cukup tinggi dan impor terigu yang semakin meningkat. Konsumsi beras di Indonesia mencapai 139 kg/kapita/ tahun jauh melebihi rata-rata tingkat konsumsi dunia 60 kg/kapita/tahun (BPS, 2010) dan impor gandum serta terigu yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diversifikasi pangan sudah dicanangkan pemerintah, namun banyak kendala sehingga belum terlihat tingkat keberhasilannya. Salah satu kendala terhambatnya diversifikasi pangan adalah persepsi keliru bahwa belum dikatakan makan kalau belum makan nasi dan kebijakan tentang pangan antar instansi terkait yang tumpang tindih, tidak ada koordinasi program diversifikasi pangan antar instansi baik pusat,maupun daerah serta adanya kebijakan impor beras, gandum, dan jenis product development yang cukup banyak. Untuk itu sudah saatnya impor beras distop dan tingkatkan konsumsi pangan pokok non padi spesifik lokasi.



Dasar Pemikiran

       Masalah ketahanan pangan menjadi isu global dan agenda utama diseluruh negara dan PBB (FAO-WHO) sebagai akibat perubahan iklim, penyusutan lahan pertanian dan pertambahan jumlah penduduk. Menurut data BPS, ketersediaan lahan pertanian pangan untuk produksi empat komoditas strategis yaitu beras, jagung, kedelai dan gula tahun 2012 hanya setara dengan luas panen 18,5 juta ha, yaitu luas panen padi 13,44 juta ha, jagung 3,99 juta ha, kedelai 600.000 ha, dan gula 450.000 ha, total luas lahan baku budidaya keempat komoditas tidak lebih dari 10 juta ha. Padahal untuk mencapai swasembada keempat komoditas tersebut pada tahun 2014, dibutuhkan lahan baku 2 juta ha sampai 2,2 juta ha, yaitu kedelai dan gula butuh 1 juta ha sampai 1,2 juta ha, padi dan jagung butuh sekitar 1 juta ha lahan baru, dan perkiraan tambahan lahan belum menghitung pertambahan jumlah penduduk rata-rata naik 1,4 persen/ tahun atau setara dengan 3 juta orang/tahun.

        Sampai sekarang konversi lahan / alih fungsi lahan masih terus berlangsung, sementara penambahan areal tanam atau pembukaan lahan pertanian baru banyak kendala. Kesuksesan ketahanan pangan tidak hanya dengan pendekatan produksi pangan, tetapi juga dengan pendekatan konsumsi pangan. Strategi yang dapat ditempuh adalah melalui penganekaragaman pangan (diversifikasi pangan) terutama pangan pokok. Masalah yang dihadapi Indonesia saat ini dan masa yang akan datang adalah ketergantungan pada beras yang cukup tinggi dan impor terigu yang semakin meningkat. Konsumsi beras di Indonesia mencapai 139 kg/kapita/tahun jauh melebihi rata-rata tingkat konsumsi dunia 60 kg/kapita/tahun (BPS, 2010). Pada tahun 2012, impor beras 1,95 juta ton, kedelai 1,9 juta ton, jagung 2 juta ton, sementara impor gandum tahun 2011 diperkirakan sudah mencapai 4.8 juta ton dan terigu 0,9 – 1 juta ton.



Peta Pangan Pokok Lokal (Spesifik Lokasi)

       Pangan pokok non padi spesifik lokasi telah ada di sejumlah daerah di Indonesia, namun saat ini pangan pokok non padi tersebut sudah banyak ditinggalkan. Sebenarnya pangan pokok non padi spesifik lokasi tersebut dapat dijadikan awal kebangkitan kembali diversifikasi pangan di daerah yang pada akhirnya diharapkan dapat menurunkan konsumsi beras nasional. Pangan pokok lokal non padi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu beras/nasi dan bubur.

      Bentuk beras/nasi: Baalo binthe (beras jagung dari Gorontalo), Beras aruk (beras ubi kayu dari Bangka Belitung), Jeppa (beras ubi kayu dari Kalimantan Selatan), Rasi (beras ubi kayu dari Jawa Barat), Tiwul (nasi ubi kayu dari Jawa), Nasi jagung (dari Jawa Timur dan Jawa Tengah), Bosse (nasi jagung dari Nusa Tenggara Timur), Sekelan (nasi jagung instant dari Jawa Tengah)

      Bentuk bubur: Basang (bubur jagung dari Sulawesi Selatan), Tinotuan (bubur dari Manado), Ledok (bubur jagung dari Bali), Enbal (bubur ubi dari Maluku Tenggara), Eloi (bubur ubi dari Kalimantan Timur), Papeda (bubur sagu dari Papua), Kappurung (bubur sagu dari Sulawesi Selatan), Sinonggi (bubur sagu dari Sulawesi Tenggara), Bubur hanjeli (dari Jawa Barat).



KENDALA-KENDALA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN

Pemerintah mengakui proses diversifikasi pangan masih sangat sulit diterapkan, diversifikasi masih terhambat pola pikir masyarakat. Selama ini, masyarakat masih mengandalkan beras dan tepung sebagai sumber karbohidrat. Padahal, masih banyak potensi sumber lain yang bisa diolah. "Kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia pada 2011 untuk padi-padian masih 316 gram, padahal idealnya 275 gram," Secara umum, kualitas konsumsi pangan masyarakat dinilai masih rendah karena konsumsi karbohidrat masih tinggi, sedangkan konsumsi protein, kacang-kacangan, dan umbi-umbian rendah. Pemanfaatan sumber-sumber pangan lokal, seperti jagung dan sagu juga masih rendah. Padahal, sebetulnya potensi aneka ragam pangan Indonesia tergolong banyak karena negeri ini kaya jenis pangan nabati dan hewani.

Beberapa kendala terhambatnya diversifikasi pangan adalah:(1) konsumsi beras masih tinggi (belum ada solusi yang pasti bagaimana menurunkan konsumsi beras), (2) persepsi yang keliru bahwa belum dikatakan makan kalau belum makan nasi (3) beras sebagai komoditas superior, (4) ketersediaan beras mudah didapat dan harganya masih terjangkau (5) teknologi pengolahan dan promosi pangan non beras (pangan lokal) masih terbatas, (6) kebijakan tentang pangan antar instansi terkait yang tumpang tindih, tidak ada koordinasi program diversifikasi pangan antar instansi baik pusat,maupun daerah dan (7) adanya kebijakan impor beras, gandum, dan jenis product development yang cukup banyak.


PANGAN POKOK NON PADI SPESIFIK LOKASI


       Target penurunan konsumsi beras 1,5%/kapita/tahun serta penurunan impor tepung terigu 1,0%/th harus sukses. Untuk penurunan konsumsi beras 1,5%/ kapita/tahun yaitu dengan meningkatkan konsumsi pangan pokok non beras. Sedangkan untuk menurunkan impor terigu yaitu dengan meningkatkan peng gunaan tepung-tepungan berbasis pangan lokal, seperti tepung umbi-umbian, tepung jagung, sagu serta serealia lain.  

Penurunan konsumsi beras dan terigu, yaitu: a) pengembangan pangan pokok beras non padi, bubur tepung dan pati, aneka mi dan pasta, b) pengembangan kudapan (snack) dari tepung,  tepung-tepungan dari bahan baku lokal,

Pengembangan pangan pokok non padi spesifik lokasi : a) Wilayah Indonesia Bagian Barat: pangan pokok berbentuk beras, b) Wilayah Indonesia Bagian Tengah: pangan pokok berbentuk bubur dari tepung, c) Wilayah Indonesia Bagian Timur: pangan pokok berbentuk bubur dari pati. Untuk itu sudah saatnya impor beras distop dan tingkatkan konsumsi pangan pokok non padi spesifik lokasi.



RUJUKAN PUSTAKA

Abubakar, dkk. 2011. Laporan Kegiatan Pengembangan Teknologi   Pascapanen Pertanian Mendukung Program Diversifikasi Pangan. BB Pascapanen, Badan Litbang Pertanian. Kemtan

Anonymous. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. LIPI, Jakarta 17-19 Mei 2004.

Anonymous.2007. Diversifikasi Pangan Pokok. Rencana Kegiatan dan Anggaran tahun 2007, Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS). LPPM, IPB. Bogor Januari.

Anonymous. 2008. Laporan Tahunan Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Badan  Litbang Pertanian. Kemtan.

Anonymous. 2008. Teknologi Pengolahan Untuk Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Kemtan.

Anonymous. 2009. Rencana Strategis 2010-2014. Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Badan  Litbang Pertanian. Kemtan.

Anonymous. 2010. Laporan Tahunan Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Badan  Litbang Pertanian. Kemtan.

Anonymous. 2010. Rencana Strategis 2010-2014. Badan  Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian.

Anonymous.2010. Kinerja 5 tahun (2005-2009) Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Kemtan.

Anonymous. 2012. Pemerintah Akui Diversifikasi Pangan Sulit.  http://www.tempo.co/read/news/2012/09/14/090429500/Pemerintah-Akui-Diversifikasi-Pangan-Sulit (diakses, 17 Sept 2012)

Anonymous. 2012. Indonesia mengalami krisis lahan untuk pangan. Harian Kompas, Senin, 24 September, hal.18.





Disiapkan oleh

 Abubakar, BBPascapanen Pertanian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar