Policy Brief- FKPR Badan Litbang Pertanian
|
2012
|
STOP
IMPOR BERAS - TINGKATKAN KONSUMSI
PANGAN
POKOK NON PADI SPESIFIK LOKASI
Ringkasan
Masalah yang dihadapi Indonesia saat ini dan akan datang adalah
ketergantungan pada beras yang cukup tinggi dan impor terigu yang semakin
meningkat. Konsumsi beras di
Indonesia mencapai 139 kg/kapita/
tahun jauh melebihi rata-rata tingkat konsumsi dunia 60 kg/kapita/tahun (BPS, 2010) dan impor gandum serta terigu yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diversifikasi pangan sudah dicanangkan pemerintah, namun banyak
kendala sehingga belum terlihat tingkat keberhasilannya. Salah satu kendala
terhambatnya diversifikasi pangan adalah persepsi keliru bahwa belum dikatakan
makan kalau belum makan nasi dan kebijakan tentang pangan antar instansi
terkait yang tumpang tindih, tidak ada koordinasi program diversifikasi pangan
antar instansi baik pusat,maupun daerah serta adanya kebijakan impor beras, gandum, dan jenis
product development yang cukup banyak. Untuk itu sudah saatnya impor beras distop dan
tingkatkan konsumsi pangan pokok non padi spesifik lokasi.
Dasar
Pemikiran
Masalah ketahanan pangan menjadi isu global dan agenda utama
diseluruh negara dan PBB (FAO-WHO) sebagai akibat perubahan iklim, penyusutan
lahan pertanian dan pertambahan jumlah penduduk. Menurut data BPS, ketersediaan lahan pertanian pangan untuk produksi
empat komoditas strategis yaitu beras, jagung, kedelai dan gula tahun 2012
hanya setara dengan luas panen 18,5 juta ha, yaitu luas panen padi 13,44 juta
ha, jagung 3,99 juta ha, kedelai 600.000 ha, dan gula 450.000 ha, total luas
lahan baku budidaya keempat komoditas tidak lebih dari 10 juta ha. Padahal
untuk mencapai swasembada keempat komoditas tersebut pada tahun 2014,
dibutuhkan lahan baku 2 juta ha sampai 2,2 juta ha, yaitu kedelai dan gula
butuh 1 juta ha sampai 1,2 juta ha, padi dan jagung butuh sekitar 1 juta ha
lahan baru, dan perkiraan tambahan lahan belum menghitung pertambahan jumlah
penduduk rata-rata naik 1,4 persen/ tahun atau setara dengan 3 juta
orang/tahun.
Sampai sekarang konversi lahan / alih fungsi lahan masih terus
berlangsung, sementara penambahan areal tanam atau pembukaan lahan pertanian
baru banyak kendala. Kesuksesan ketahanan pangan tidak hanya dengan pendekatan
produksi pangan, tetapi juga dengan pendekatan konsumsi pangan. Strategi yang dapat ditempuh adalah melalui penganekaragaman pangan
(diversifikasi pangan) terutama pangan pokok. Masalah yang dihadapi Indonesia
saat ini dan masa yang akan datang adalah ketergantungan pada beras yang cukup
tinggi dan impor terigu
yang semakin meningkat. Konsumsi beras di Indonesia mencapai 139 kg/kapita/tahun jauh melebihi rata-rata
tingkat konsumsi dunia 60 kg/kapita/tahun (BPS, 2010). Pada tahun 2012, impor beras 1,95 juta ton, kedelai 1,9 juta ton,
jagung 2 juta ton, sementara impor gandum tahun 2011 diperkirakan sudah mencapai
4.8 juta ton dan terigu 0,9 – 1 juta ton.
Peta Pangan Pokok Lokal (Spesifik Lokasi)
Pangan pokok non
padi spesifik lokasi telah ada di sejumlah daerah di Indonesia, namun saat ini
pangan pokok non padi tersebut sudah banyak ditinggalkan. Sebenarnya pangan
pokok non padi spesifik lokasi tersebut dapat dijadikan awal kebangkitan
kembali diversifikasi pangan di daerah yang pada akhirnya diharapkan dapat
menurunkan konsumsi beras nasional. Pangan pokok lokal non padi dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu beras/nasi dan bubur.
Bentuk beras/nasi: Baalo
binthe (beras jagung dari Gorontalo), Beras aruk
(beras ubi kayu dari Bangka Belitung), Jeppa (beras
ubi kayu dari Kalimantan Selatan), Rasi (beras
ubi kayu dari Jawa Barat), Tiwul (nasi ubi kayu dari Jawa), Nasi
jagung (dari Jawa Timur dan Jawa Tengah), Bosse (nasi
jagung dari Nusa Tenggara Timur), Sekelan (nasi
jagung instant dari Jawa Tengah)
Bentuk bubur: Basang (bubur jagung dari Sulawesi Selatan),
Tinotuan (bubur dari Manado), Ledok (bubur jagung dari Bali), Enbal (bubur ubi
dari Maluku Tenggara), Eloi (bubur ubi dari Kalimantan Timur), Papeda (bubur
sagu dari Papua), Kappurung (bubur sagu dari Sulawesi Selatan), Sinonggi (bubur
sagu dari Sulawesi Tenggara), Bubur hanjeli (dari Jawa Barat).
KENDALA-KENDALA PROGRAM
DIVERSIFIKASI PANGAN
Pemerintah mengakui proses diversifikasi pangan masih
sangat sulit diterapkan, diversifikasi masih terhambat pola pikir masyarakat.
Selama ini, masyarakat masih mengandalkan beras dan tepung sebagai sumber
karbohidrat. Padahal, masih banyak potensi sumber lain yang bisa diolah.
"Kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia pada 2011 untuk padi-padian
masih 316 gram, padahal idealnya 275 gram," Secara umum, kualitas konsumsi
pangan masyarakat dinilai masih rendah karena konsumsi karbohidrat masih
tinggi, sedangkan konsumsi protein, kacang-kacangan, dan umbi-umbian rendah.
Pemanfaatan sumber-sumber pangan lokal, seperti jagung dan sagu juga masih
rendah. Padahal, sebetulnya potensi aneka ragam pangan Indonesia tergolong
banyak karena negeri ini kaya jenis pangan nabati dan hewani.
Beberapa kendala terhambatnya diversifikasi pangan adalah:(1) konsumsi beras masih tinggi (belum
ada solusi yang pasti bagaimana menurunkan konsumsi beras), (2) persepsi yang
keliru bahwa belum dikatakan makan kalau belum makan nasi (3) beras sebagai
komoditas superior, (4) ketersediaan beras mudah didapat dan harganya masih
terjangkau (5) teknologi pengolahan dan promosi pangan non beras (pangan lokal)
masih terbatas, (6) kebijakan tentang pangan antar instansi terkait yang
tumpang tindih, tidak ada koordinasi program diversifikasi pangan antar
instansi baik pusat,maupun daerah dan (7) adanya kebijakan impor beras, gandum, dan jenis
product development yang cukup banyak.
PANGAN POKOK NON PADI SPESIFIK LOKASI
Target penurunan konsumsi beras
1,5%/kapita/tahun serta penurunan impor tepung terigu 1,0%/th harus sukses. Untuk penurunan konsumsi
beras 1,5%/ kapita/tahun yaitu dengan meningkatkan konsumsi pangan pokok non
beras. Sedangkan untuk
menurunkan impor terigu yaitu dengan meningkatkan peng gunaan
tepung-tepungan berbasis pangan lokal, seperti tepung umbi-umbian, tepung
jagung, sagu serta serealia lain.
Penurunan konsumsi beras dan terigu, yaitu: a)
pengembangan pangan pokok beras non padi, bubur tepung dan pati, aneka mi dan
pasta, b) pengembangan kudapan (snack) dari tepung, tepung-tepungan dari bahan baku lokal,
Pengembangan pangan
pokok non padi spesifik lokasi : a) Wilayah Indonesia Bagian Barat: pangan
pokok berbentuk beras, b) Wilayah Indonesia Bagian Tengah: pangan pokok
berbentuk bubur dari tepung, c) Wilayah Indonesia Bagian Timur: pangan pokok
berbentuk bubur dari pati. Untuk itu sudah saatnya impor beras distop dan
tingkatkan konsumsi pangan pokok non padi spesifik lokasi.
RUJUKAN PUSTAKA
Abubakar, dkk. 2011.
Laporan Kegiatan Pengembangan Teknologi
Pascapanen Pertanian Mendukung Program Diversifikasi Pangan. BB
Pascapanen, Badan Litbang Pertanian. Kemtan
Anonymous. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan
Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. LIPI, Jakarta 17-19 Mei
2004.
Anonymous.2007.
Diversifikasi Pangan Pokok. Rencana Kegiatan dan Anggaran tahun 2007, Riset
Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS). LPPM, IPB. Bogor Januari.
Anonymous. 2008. Laporan Tahunan Balai Besar
Litbang Pascapanen Pertanian. Badan
Litbang Pertanian. Kemtan.
Anonymous. 2008. Teknologi Pengolahan Untuk
Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian.
Badan Litbang Pertanian. Kemtan.
Anonymous. 2009. Rencana Strategis 2010-2014.
Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Badan
Litbang Pertanian. Kemtan.
Anonymous. 2010. Laporan Tahunan Balai Besar
Litbang Pascapanen Pertanian. Badan
Litbang Pertanian. Kemtan.
Anonymous. 2010. Rencana Strategis 2010-2014.
Badan Litbang Pertanian. Kementerian
Pertanian.
Anonymous.2010. Kinerja 5 tahun (2005-2009) Balai Besar Litbang
Pascapanen Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Kemtan.
Anonymous.
2012. Pemerintah Akui
Diversifikasi Pangan Sulit. http://www.tempo.co/read/news/2012/09/14/090429500/Pemerintah-Akui-Diversifikasi-Pangan-Sulit
(diakses, 17 Sept 2012)
Anonymous. 2012. Indonesia mengalami
krisis lahan untuk pangan. Harian Kompas, Senin, 24 September, hal.18.
Disiapkan oleh
Abubakar, BBPascapanen
Pertanian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar