Kamis, 19 Januari 2012

KARAKTERISTIK AYAM "TIREN"


HATI – HATI PEREDARAN AYAM “TIREN”
( Menjelang Lebaran Iedul Fitri )

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengantar: Ayam tiren adalah ayam mati kemarin yang dipotong dan dijual dalam bentuk daging atau karkas, sedangkan ayam tibon adalah ayam mati di Cirebon dalam perjalanan/transportasi  dari Jateng ke Jakarta, setiba di Jakarta dipotong dan dijual dalam bentuk daging/ karkas ayam. Perdagangan ayam tiren dan tibon sangat marak saat bulan ramadhan, iedul fitri dan tahun baru. Untuk itu konsumen harus waspada.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tingginya permintaan akan daging ayam pada saat perayaan keagamaan seperti bulan ramadhan saat ini, menghadapi hari raya Iedul fithri, dan menjelang tahun baru telah disalah gunakan oleh sebagian ”oknum” pedagang daging ayam dalam meraih keuntungan dengan melakukan pemalsuan, antara lain karkas ayam disuntik air, perendaman karkas ayam dalam formalin dan ada indikasi daging / karkas ayam yang berasal dari ayam tiren (mati kemaren), ayam tibon atau mati di Cirebon yaitu ayam gugur di Cirebon dalam perjalanan dari Jawa Tengah. Kalau di Sumatera Utara atau Medan dikenal dengan istilah ayam apollo
Mungkin kita masih ingat, tahun 2004, 2005, 2007, 2009 saat menjelang Ramadhan dan Iedul Fitri, Dinas Pertanian Kota Bogor pernah berhasil menyita ratusan ekor ayam tiren (mati kemaren) dari enam pasar yang ada di Kota Bogor dalam operasi pasar yang dilakukan mendadak. Selain ayam tiren, ada juga terjaring karkas ayam  mengandung obat pengawet mayat (formalin). Petugas hanya menyita ayam bangkai tersebut, sedangkan penjualnya sudah melarikan diri. Perdagangan ayam tiren biasanya marak menjelang perayaan keagamaan, Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru. Kepala Dinas Pertanian Bogor membenarkan pihaknya telah melakukan operasi pasar untuk melacak penjualan ayam tiren yang biasanya sering muncul setiap bulan ramadhan. Menurut Kepala Dinas Pertanian Kota Bogor    
 "Pedagang ayam memanfaatkan suasana bulan puasa ramadhan, Iedul Fitri- untuk menjual ayam tiren, ayam bangkai juga dijual menjelang perayaan keagamaan atau tahun baru,” Rencananya, setiap menjelang lebaran dan beberapa hari setelah lebaran Dinas Pertanian Kota Bogor akan melakukan operasi  karena disinyalir peredaran ayam tiren akan meningkat. Seperti diketahui bahwa setiap bulannya Kota Bogor masih kekurangan sebanyak lebih dari 120 ribu ekor ayam untuk konsumsi masyarakat Bogor dan sekitarnya. Sedangkan DKI Jakarta membutuhkan 600 Ribu ekor ayam setiap hari.
Selanjutnya pada bulan Desember tahun yang lalu, dalam suatu operasi yang digelar pada malam menjelang pergantian tahun, sekitar 500 kg ayam "tiren" (mati kemaren) berhasil diamankan jajaran Dinas Pertanian Kota Bogor yang berasal dari  6 pasar tradisional di Kota Bogor,  Kepala Dinas Pertanian Kota Bogor mengatakan bahwa biasanya operasi digelar pada tengah malam, sekira pukul 22.00 WIB ke atas. Namun, melihat ada kejadian spesial hari itu, yaitu pergantian tahun, pihaknya berinisiatif beroperasi sejak pukul 19.00 WIB. "Malam tahun baru tidak lengkap kalau tidak ada ayam bakar. Pastinya banyak ayam yang dijual di pasar-pasar Kota Bogor, untuk memenuhi permintaan masyarakat. Oleh karena itu, tim turun lebih awal," Langkah yang diambil jajarannya tidak sia-sia. Buktinya sekitar 500 kilogram ayam "tiren" berhasil didapatkan walau ada kekurangan, yaitu oknum pedagang gagal ditangkap karena jumlah petugas terbatas. Menurut Kepala Dinas Pertanian Bogor, ciri-ciri ayam yang dijual itu "tiren" atau bukan, perbedaannya dapat dilihat. Daging ayam yang sehat terlihat segar dan dijual di atas meja, sedangkan daging ayam "tiren" dijual di dalam ember atau bak. Warga juga harus berhati-hati dengan ayam yang dijual setengah matang, yang diwarnai kuning. Ada kemungkinan itu juga ayam "tiren". Untuk mengeceknya cukup membuka kulit ayam kuning tersebut. "Kalau yang 'tiren', biasanya di antara kulit dan daging terlihat bercak-bercak darah yang telah membeku. Kalau dimakan, rasanya aneh dan hambar," Lebih lanjut ia menegaskan agar masyarakat jangan mudah tergiur dengan penawaran pedagang daging, yang menawarkan dengan harga murah. "Harga daging ayam segar saat ini sekitar Rp.30.000.-35.000-/ kg. Bila ada pedagang yang menjual ayam di bawah itu, biasanya Rp 10 ribu – 15 ribu,- bisa dicurigai bahwa ayam itu ayam 'tiren',".
 Kasus lain, pada bulan Juli, sedikitnya 10 kg ayam tiren (mati kemarin) yang diduga mengandung virus flu burung dan 70 Kg daging sapi ilegal asal Amerika yang didatangkan dari Cicurug dan Cianjur, berhasil disita Dinas Agribisnis Kota Bogor. Ayam dan daging itu langsung dibawa ke Rumah Potong Hewan untuk dimusnahkan. Menurut Kepala Rumah Potong Hewan (RPH), ayam dan daging itu disita dari sejumlah pedagang ayam dan daging yang biasa bermukim di Pasar Anyar, dan Pasar Kebon Jahe Kota Bogor. Sidak itu dilakukan Rabu (20/7) malam, oleh gabungan Dinas Kesehatan Hewan dan Dinas Agrobisnis Kota Bogor. Sementara itu pihak RPH melakukan pemantauan terhadap ayam dan daging yang baru didatangkan dari luar kota. "Ayam yang  disita ini jelas-jelas ayam tiren yang umumnya mengandung virus flu burung. Sebab, ayam tersebut di rendam dengan formalin dan menggunakan zat pewarna berwarna kuning. Sidak terhadap jenis daging yang beredar di Kota Bogor  terus dilakukan seiring merebaknya virus flu burung di Kota Bogor. Sementara itu,
Bagian Penelitian Rumah Potong Hewan (RPH) mengatakan, saat ini di Kota Bogor sudah mulai banyak ayam tiren yang dicurigai mengandung virus flu burung. Hanya saja, kesadaran masyarakat sendiri relatif rendah, karena mereka menyukai daging yang harganya murah, padahal daging-daging itu bisa berbahaya (Harian PR, 22 Juli).
Lain lagi kasus di Pasuruan, petugas Polresta pernah menangkap salah seorang penjual daging ayam di Pasar Gading, Pasuruan yang melakukan kecurangan. Ia diduga menjual daging ayam yang tidak segar atau tiren. Dugaan masyarakat itu muncul, karena ia berani menjual daging ayam di bawah harga pasaran. "Kalau ayam sehat, jelas tidak mungkin dijual dengan harga murah," kata Kapolresta Pasuruan (NOVA, 24/6). Selain memeriksa dan menahan pelaku, polisi juga menyita barang bukti, berupa 14 ekor ayam tiren yang ada di dalam kotak sterofoam yang penuh es batu, sebagai tempat menyimpan ayam agar tak cepat membusuk. Untuk membuktikan dugaan adanya kejahatan, polisi membawa sebagian daging ayam yang dijadikan barang bukti, ke Dinas Peternakan untuk dilakukan penelitian. Dugaan polisi memang benar. Petugas ahli dari Dinas Peternakan menyimpulkan, daging ayam yang dijual tidak sehat karena sudah mati 24 jam sebelum disembelih. "Ciri-cirinya, hati ayam berwarna hitam pekat serta bagian pantat tampak memerah. Dari dua ciri ini sudah menunjukkan, daging ayam yang dijual oleh oknum tersebut jenis ayam tiren. Jadi, saat disembelih ayam tersebut sudah menjadi bangkai," Dibanding dengan penjual lain ia menjual hanya Rp 5-8 ribu per-ekor. Salah satu cara mengelabui pembeli, pedagang sengaja menjual pada malam hari. Kondisi penerangan pasar yang remang-remang membuat pembeli tidak bisa membedakan daging ayam yang segar dengan ayam tiren. "Kalau diamati memang ada perbedaan antara ayam sehat dengan daging ayam tiren,". Dari Kasus-kasus diatas, terlihat bahwa karkas ayam tiren atau tibon makin marak beredar dalam perdagangan daging, hal ini karena oknum pedagang mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan kepentingan kesehatan konsumen. Padahal konsumen menuntut bahwa daging yang dikonsumsi harus terjamin keamanannya, sehat, halal, dan tetap bergizi. Kerugian akibat transportasi ayam adalah 3 -10% karena penurunan bobot hidup dan 1-3% terjadi kematian. Selain itu prosesing harus dilakukan sebaik-baiknya, karena hasil prosesing sangat dipengaruhi oleh tahap awal yaitu pemeliharaan atau prapanen, seperti kondisi ayam dalam kandang terlalu padat, terlalu padat saat pengangkutan, alas kandang kurang sehat, dan kerusakan pada kulit, patah sayap serta kontaminasi bakteri.
Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian awal untuk mendeteksi ayam tiren dengan membandingkan  penampilan karkas ayam berasal dari ayam sehat yang dipotong secara normal dengan karkas ayam berasal dari ayam tiren, disamping itu telah pula ditelusuri beberapa ciri-ciri khas penampilan karkas ayam tiren atau karkas ayam tibon, berdasarkan pengalaman dari beberapa informasi tertulis. Tabel 1, karakteristik karkas ayam dipotong normal, 30 menit setelah mati dan 60 menit setelah mati alias tiren.

  Tabel 1. Hasil pengamatan karakteristik karkas dan organ dalam ayam

Perbedaan karakteristik karkas dan organ dalam ayam
Pemotong
an Ayam

Warna
Karkas
Hati
Usus
Aroma
Konsis
tensi
Kerusak an
Lain-lain
Normal/ kontrol
(Kel. I)

Normal - kurang kuning
Normal - merah coklat

Normal -kuning

Normal



Kenyal-
keras


Tak ada kerusakan

Tak ditemukan pembekuan darah.
Potong 30menit
setelah mati
(Kel.  II)

Kuning- merah (agak suram basah)
Coklat hitam (gelap)

Banyak darah pada pembuluh kapiler usus.
Abnormal,agak amis

Agak lemah

Terdapat kerusak
an pada kulit.
Ada pembekuan darah pada persendian tulang.

Potong 60menit,
setelah mati (Kel.  III)

Memar, terdapat cairan darah warna gelap

Coklat-hitam
Pembekuan darah lebih banyak (gelap)

Abnormal (lebih amis/bau)


Lemah sekali
Tidak terbatas pada kulit dan daging.
Terdapat patahan tulang. Pembekuan darah pada tunggir .

       Dari tabel 1, terlihat bahwa karakteristik fisik dari warna karkas ayam, sangat berbeda antara karkas kontrol dengan karkas ayam tiren yang dipotong 30 dan 60 menit, dimana pada karkas ayam tiren terdapat tanda-tanda kuning - merah (agak suram basah) dan terdapat memar, juga terdapat cairan darah warna gelap, ciri ini sangat berbeda dengan karkas yang berasal dari pemotongan normal (kontrol) yaitu warnanya normal-kurang kuning. Warna daging ayam yang normal adalah putih, warnanya segar, bau dan cita rasa normal.  Sedangkan warna karkas yang segar adalah putih kekuningan, aroma khas dan tidak basah. Penampilan hati pada karkas ayam tiren berwarna coklat hitam (gelap), sedangkan hati pada hasil pemotongan ayam normal berwarna merah-coklat. Warna hati ayam yang normal adalah merah terang kecoklatan dan cenderung segar. Karakteristik fisik pada usus karkas ayam dari ayam tiren terdapat banyak darah pada pembuluh kapiler usus. Sedangkan pada karkas ayam tiren 60 menit, pembekuan darah lebih banyak (gelap), sangat berbeda dengan karkas normal, dimana ususnya normal kuning. Aroma karkas ayam dari ayam iren, berbau amis – lebih amis pada ayam tiren 60 menit, sedangkan karkas dari ayam  dari pemotongan normal berbau normal. Karkas ayam yang sehat mempunyai aroma khas, bau normal serta cita rasa yang normal / segar.  Konsistensi dagingnya agak lemah sampai lemah sekali pada karkas ayam dari ayam tiren dan ini berbeda sekali dibandingkan karkas ayam dari pemotongan normal, dimana konsistensinya kenyal / keras.
        Adapun tingkat kerusakan pada karkas terdapat kerusakan pada kulit pada karkas ayam yang dipotong 30 menit sesudah mati dan terdapat kerusakan pada kulit dan daging untuk karkas ayam yang dipotong 60 menit sesudah ayam mati. Hal ini berbeda dengan karkas ayam yang dipotong normal yang tidak terdapat kerusakan pada kulit dan daging. Karkas ayam normal yang termasuk grade mutu A, korformasinya khas, berdaging baik, tidak ada kerusakan kulit dan tidak terdapat tulang patah.

 2. Karakteristik kimia dan mikrobiologis
    Tabel 2. Hasil uji kebusukan, pH dan jumlah bakteri setiap perlakuan 
Pemotong
an Ayam
Uji Pb-Asetat
Uji Postma
pH
Jumlah bakteri

Normal / kontrol
(Kel. I)

Positif setelah 10-12 jam prosesing

negatif setelah 2jam prosesing

5,45-6,20
rata-rata 5,90
9,0x108
Potong
30 menit setelah mati
(Kel.II)

Positif setelah 6 jam prosesing

Positif pada saat pengujian
5,31-6,53 rata-rata 5,92
102x108
Potong
60 menit setelah mati
(Kel.III)

Positif 4 jam setelah prosesing
Positif pada saat pengujian
5,50-7,20 rata-rata 6,35
114x108

Uji Postma yang dilakukan pada daging ayam pada pemotongan normal setelah 2 jam prosesing hasilnya meragukan, karena kertas lakmus merah yang berfungsi sebagai indikator hanya  menunjukkan hasil yang samar-samar atau positif / negatif, lakmus merah menjadi biru (belum positif biru), sehingga karkas ayam normal belum mengalami proses pembusukan. Pada karkas ayam tiren 30 dan 60 menit, pada pengujian dengan lakmus telah terjadi perubahan warna dari merah menjadi warna biru, sehingga karkas ini telah mengalami kebusukan. Hasil uji Postma dikatakan positif apabila bahan yang diuji menghasilkan NH3, indol, metilamin dan H2S yang terjadi akibat dekomposisi dari protein, menghasilkan merkaptan, amina dan asam-asam lemak yang menimbulkan bau busuk.
Pada uji Pb Asetat, terjadi pembusukan 10-12 jam setelah prosesing pada karkas ayam normal, tetapi terjadi pembusukan 6 jam setelah prosesing pada karkas ayam tiren 30 dan terjadi pembusukan 4 jam setelah prosesing pada karkas ayam tiren 60 menit. Hasil pemeriksaan pH pada karkas ayam normal menghasilkan pH 5,45-6,20 rata-rata 5,90, pada karkas ayam tiren 30 menit menghasilkan pH 5,31-6,53 rata-rata 5,92; sedangkan pada karkas ayam tiren 60 menit mempunyai pH 5,50-7,0 rata-rata 6,35. Menurut Soeparno (1994) pada kondisi normal, pH karkas ayam broiler mempunyai kisaran pH 5,3-5,7.  Hasil perhitungan jumlah bakteri daging pada karkas ayam normal menghasilkan total bakteri rata-rata 9,0x108  sedangkan pada ayam tiren 30 dan 60 menit menghasilkan total bakteri rata-rata 102x108 dan 114x108.  Menurut Buckle, et.al  (1987) pertumbuhan / perkembangan  bakteri pada bahan pangan sangat dipengaruhi oleh kadar gizi bahan yaitu protein, kadar air, mineral  dan karbohidrat. Pada daging ayam mempunyai kadar protein yang tinggi yaitu sekitar 23% dengan kadar air sekitar 68-76% sehingga merupakan media yang baik  bagi pertumbuhan bakteri. Selain itu pertumbuhan bakteri pembusuk dipengaruhi pH yang optimum yaitu sekitar pH 7, hal ini terjadi pada karkas ayam tiren 60 menit. 

  3. Ciri-ciri khusus karkas ayam tiren / tibon
       Hasil penelusuran terhadap ciri-ciri karkas ayam terindikasi ayam tiren/ tibon adalah bahwa pada umumnya penjualan karkas ayam dilakukan sore/malam hari dengan harga yang murah dalam bak atau ember dan direndam dalam formalin dengan menggunakan pewarna kuning. Beberapa pendapat atau penemu ciri-ciri karkas ayam terindikasi dari ayam tiren atau tibon, seperti yang terangkum dalam tabel 3.  Dari tabel 3, terlihat bahwa ciri khas karkas ayam tiren yang mudah dikenali adalah tubuh karkas lebam, terlihat kebiru-biruan. Karkas tiren biasanya dijual malam hari/subuh, dalam wadah yang berair, atau dibuat suasana basah, agar terlihat segar,  dengan obat tertentu warna daging ayam tiren bisa mirip daging ayam sehat, bila dicicipi seperti ada rasa obat/bahan kimia. Kulit karkas penuh bercak-bercak merah dan disana-sini ada warna kebiru-biruan. Setelah karkas digoreng dan kulit disobek, warna daging kemerah-merahan. Apabila ayam tiren goreng diwadahi plastik, dalam perjalanan ada genangan air bercampur darah. Warna daging ayam tiren agak kemerahan/agak pucat. Bekas potongan leher ayam tiren  rata /rapih. Daging ayam "tiren" dijual di dalam ember atau bak. Ayam tiren dijual setengah matang, yang diwarnai. kuning. Untuk mengeceknya cukup membuka kulit ayam kuning tersebut. "Kalau yang tiren biasanya di antara kulit dan daging terlihat bercak-bercak darah yang telah membeku. Hati ayam berwarna hitam pekat serta bagian pantat tampak memerah, biasanya dijual pada malam hari. 
       Karkas/daging ayam harus memenuhi syarat, keamanan, kehalalan, kebersihan. Daging ayam adalah sumber protein hewani yang bermutu tinggi dan perlu dikonsumsi oleh anak-anak dan orang dewasa agar cerdas, sehat, tumbuh secara normal, lebih produktif dan bergairah.  Daging yang akan kita konsumsi haruslah daging yang baik dan sehat, aman dan halal dengan tanda-tanda: bersih/ terang, lapisan luar kering, berasal dari rumah potong ayam dengan sistem pemotongan yang halal, sudah ditiriskan, aroma tidak amis dan tidak bau asam, daging masih elastik dan tidak kaku, tidak ada memar dan kulit utuh. Menurut Badan Standarisasi Nasional (2000) model proses produksi menggunakan pendekatan proses yang melibatkan kegiatan identifikasi, interaksi antara proses dan pengelolaan proses-proses. Pendekatan proses menekankan kepada pentingnya memahami dan memenuhi syarat, kebutuhan untuk mempertimbangkan proses dalam pengertian nilai tambah, memperoleh kinerja proses dan keefektifannya dan perbaikan berkesinambungan proses berdasarkan pengukuran objektif. Model pendekatan proses terdiri dari tujuan, pelanggan, masukan, proses, hasil, luaran dan pengukuran umpan balik. Tujuan dari proses produksi pemotongan ayam yang merupakan bahan baku olahan hasil ternak adalah untuk menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan atau memuaskan pelanggan, yaitu produk daging ayam yang halal. Oleh karena itu, identifikasi kebutuhan konsumen oleh produsen pangan harus dilakukan sebagai salah satu masukan dalam proses.
Produsen pangan dalam proses produksinya harus menerapkan suatu sistem yang dapat menjamin proses yang dilakukan dan produk yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan pelanggan.  Untuk menjamin proses sesuai dengan persyaratan halal, maka diterapkan sistem jaminan halal.

Tabel 3. Ciri khusus fisik karkas ayam tiren atau tibon.
Ciri karkas ayam normal/ sehat

Ciri karkas terindikasi ayam tiren / tibon
Penemu ciri ayam tiren / tibon
Tubuh karkas terlihat sehat, cenderung kering


Tubuh karkas lebam, terlihat kebiru-biruan. Biasanya dijual malam hari/subuh, dalam wadah yang berair, atau dibuat suasana basah, agar terlihat segar.
Indohalal.com (November, 2003)


Warna karkas putih/ normal, bau normal, konsistensi baik

Dengan obat tertentu, warna daging ayam tiren bisa mirip daging ayam sehat, bila dicicipi seperti ada rasa obat/bahan kimia.
Muhammad (Desember.2004)


Warna karkas putih normal
Warna daging agak kemerahan / agak pucat
Yono (Agustus, 2005)
Karkas bersih
Kulit karkas penuh bercak-bercak merah dan disana-sini ada warna kebiru-biruan. Setelah karkas digoreng dan kulit disobek, warna daging kemerah-merahan. Apabila ayam goreng diwadahi plastik, dalam perjalanan ada genangan air bercampur darah.
Leni Rizkinta (Mei, 2005)

Luka sayatan leher tidak rata / luka sayatan tidak teratur.
Bekas potongan leher rata /rapih

Bilal (September, 2005).
Daging ayam yang sehat terlihat segar dan dijual di atas meja.



Daging ayam "tiren" dijual di dalam ember atau bak. Ayam dijual setengah matang, yang diwarnai. kuning. Untuk mengecek nya cukup membuka kulit ayam kuning tersebut. "Kalau yang 'tiren', biasanya di antara kulit dan daging terlihat bercak-bercak darah yang telah membeku. Kalau dimakan, rasanya aneh dan hambar," Harga nya murah, umumnya direndam formalin dan menggunakan pewarna kuning.
Dinas Pertanian, Bogor

Hati ayam coklat muda

Hati ayam berwarna hitam pekat serta bagian pantat tampak memerah, biasanya dijual pada malam hari.
Dinas Pertanian, Pasuruan 2005

       Sistem jaminan halal yang harus digunakan di rumah potong ayam dalam menjalankan sistem penyembelian ayam yang memenuhi syarat agama Islam.
       Beberapa ketentuan yang harus dipenuhi adalah: orang yang menyembelih adalah orang yang berakal sehat dan beragama Islam, alat yang digunakan harus tajam sehingga memungkinkan mengalirnya darah dan terputusnya tenggorokan serta saluran makanan dan minuman dan harus menyebut nama Allah saat menyembelih.  Beberapa definisi istilah yang telah dituangkan dalam rancangan peraturan pemerintah tentang jaminan produk halal tahun 2003 dan pedoman produksi halal sebagai berikut: (1) halal merupakan sesuatu yang diperkenankan dan diizinkan oleh Allah SWT. (2) jaminan halal adalah kepastian hukum yang menjamin bahwa produk makanan, minuman, obat, kosmetika dan produk halal lainnya untuk dikonsumsi dan digunakan oleh masyarakat. (3) kebijakan halal adalah persyaratan tertulis dari pimpinan puncak pelaku usaha yang berupa komitmen atau janji untuk melaksanakan dan menegakkan serta memelihara sistem jaminan halal. (4) sasaran halal adalah hasil produksi yang memenuhi persyaratan halal. (5) organisasi halal adalah pelaksanaan sistem produksi halal yang terdiri dari perwakilan masing-masing bagian/divisi seperti bagian pembelian, pengendalian mutu, produksi dan pemasaran serta auditor internal halal yang dikoordinasi oleh koordinator halal. (6) koodinator halal adalah orang yang bertanggung jawab atas seluruh proses yang diperlukan untuk sistem produksi halal agar dapat dilaksanakan dan dipelihara dengan baik. (7) auditor halal internal adalah orang yang merencanakan dan melaksanakan tanggung jawab audit penyembelihan dan produksi halal dan melaporkan hasil internal audit kepada koordinator halal. (8) diagram alir adalah suatu gambaran yang sistematis dari urutan tahapan pekerjaan yang dipergunakan dalam produksi atau dalam menghasilkan pangan tertentu.
Semoga bermanfaat dan waspada saat dan akan membeli karkas/ daging ayam menjelang lebaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar