HATI – HATI PEREDARAN AYAM “TIREN”
( Menjelang
Lebaran Iedul Fitri )
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengantar: Ayam tiren adalah ayam mati kemarin yang dipotong dan dijual
dalam bentuk daging atau karkas, sedangkan ayam tibon adalah ayam mati di
Cirebon dalam perjalanan/transportasi
dari Jateng ke Jakarta, setiba di Jakarta dipotong dan dijual dalam
bentuk daging/ karkas ayam. Perdagangan ayam tiren dan tibon sangat marak saat
bulan ramadhan, iedul fitri dan tahun baru. Untuk itu konsumen harus waspada.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tingginya
permintaan akan daging ayam pada saat perayaan keagamaan seperti bulan ramadhan
saat ini, menghadapi hari raya Iedul fithri, dan menjelang tahun baru telah
disalah gunakan oleh sebagian ”oknum” pedagang daging ayam dalam meraih
keuntungan dengan melakukan pemalsuan, antara lain karkas ayam disuntik air,
perendaman karkas ayam dalam formalin dan ada indikasi daging / karkas ayam
yang berasal dari ayam tiren (mati
kemaren), ayam tibon atau mati di Cirebon yaitu ayam gugur di Cirebon dalam
perjalanan dari Jawa Tengah. Kalau di Sumatera Utara atau Medan dikenal dengan
istilah ayam apollo
Mungkin
kita masih ingat, tahun 2004, 2005, 2007, 2009 saat menjelang Ramadhan dan
Iedul Fitri, Dinas Pertanian Kota Bogor pernah berhasil menyita ratusan ekor
ayam tiren (mati kemaren) dari enam
pasar yang ada di Kota Bogor dalam operasi pasar yang dilakukan mendadak.
Selain ayam tiren, ada juga terjaring karkas ayam mengandung obat pengawet mayat (formalin). Petugas hanya menyita ayam
bangkai tersebut, sedangkan penjualnya sudah melarikan diri. Perdagangan ayam
tiren biasanya marak menjelang perayaan keagamaan, Idul Fitri, Natal dan Tahun
Baru. Kepala Dinas Pertanian Bogor membenarkan pihaknya telah melakukan operasi
pasar untuk melacak penjualan ayam tiren yang biasanya sering muncul setiap
bulan ramadhan. Menurut Kepala Dinas Pertanian Kota Bogor
"Pedagang ayam memanfaatkan suasana bulan
puasa ramadhan, Iedul Fitri- untuk menjual ayam tiren, ayam bangkai juga dijual
menjelang perayaan keagamaan atau tahun baru,” Rencananya, setiap menjelang
lebaran dan beberapa hari setelah lebaran Dinas Pertanian Kota Bogor akan
melakukan operasi karena disinyalir
peredaran ayam tiren akan meningkat. Seperti diketahui bahwa setiap bulannya
Kota Bogor masih kekurangan sebanyak lebih dari 120 ribu ekor ayam untuk
konsumsi masyarakat Bogor dan sekitarnya. Sedangkan DKI Jakarta membutuhkan 600
Ribu ekor ayam setiap hari.
Selanjutnya pada
bulan Desember tahun yang lalu, dalam suatu operasi yang digelar pada malam
menjelang pergantian tahun, sekitar 500 kg ayam "tiren" (mati kemaren)
berhasil diamankan jajaran Dinas Pertanian Kota Bogor yang berasal dari 6 pasar tradisional di Kota Bogor, Kepala Dinas Pertanian Kota Bogor mengatakan
bahwa biasanya operasi digelar pada tengah malam, sekira pukul 22.00 WIB ke
atas. Namun, melihat ada kejadian spesial hari itu, yaitu pergantian tahun,
pihaknya berinisiatif beroperasi sejak pukul 19.00 WIB. "Malam tahun baru
tidak lengkap kalau tidak ada ayam bakar. Pastinya banyak ayam yang dijual di
pasar-pasar Kota Bogor, untuk memenuhi permintaan masyarakat. Oleh karena itu,
tim turun lebih awal," Langkah yang diambil jajarannya tidak sia-sia.
Buktinya sekitar 500 kilogram ayam "tiren" berhasil didapatkan walau
ada kekurangan, yaitu oknum pedagang gagal ditangkap karena jumlah petugas
terbatas. Menurut Kepala Dinas Pertanian Bogor, ciri-ciri ayam yang dijual itu
"tiren" atau bukan, perbedaannya dapat dilihat. Daging ayam yang
sehat terlihat segar dan dijual di atas meja, sedangkan daging ayam
"tiren" dijual di dalam ember atau bak. Warga juga harus berhati-hati
dengan ayam yang dijual setengah matang, yang diwarnai kuning. Ada kemungkinan
itu juga ayam "tiren". Untuk mengeceknya cukup membuka kulit ayam
kuning tersebut. "Kalau yang 'tiren', biasanya di antara kulit dan daging
terlihat bercak-bercak darah yang telah membeku. Kalau dimakan, rasanya aneh
dan hambar," Lebih lanjut ia menegaskan agar masyarakat jangan mudah
tergiur dengan penawaran pedagang daging, yang menawarkan dengan harga murah.
"Harga daging ayam segar saat ini sekitar Rp.30.000.-35.000-/ kg. Bila ada
pedagang yang menjual ayam di bawah itu, biasanya Rp 10 ribu – 15 ribu,- bisa
dicurigai bahwa ayam itu ayam 'tiren',".
Kasus lain, pada bulan Juli, sedikitnya 10 kg
ayam tiren (mati kemarin) yang diduga
mengandung virus flu burung dan 70 Kg daging sapi ilegal asal Amerika yang
didatangkan dari Cicurug dan Cianjur, berhasil disita Dinas Agribisnis Kota
Bogor. Ayam dan daging itu langsung dibawa ke Rumah Potong Hewan untuk
dimusnahkan. Menurut Kepala Rumah Potong Hewan (RPH), ayam dan daging itu
disita dari sejumlah pedagang ayam dan daging yang biasa bermukim di Pasar
Anyar, dan Pasar Kebon Jahe Kota Bogor. Sidak itu dilakukan Rabu (20/7) malam,
oleh gabungan Dinas Kesehatan Hewan dan Dinas Agrobisnis Kota Bogor. Sementara
itu pihak RPH melakukan pemantauan terhadap ayam dan daging yang baru
didatangkan dari luar kota. "Ayam yang
disita ini jelas-jelas ayam tiren yang umumnya mengandung virus flu
burung. Sebab, ayam tersebut di rendam dengan formalin dan menggunakan zat
pewarna berwarna kuning. Sidak terhadap jenis daging yang beredar di Kota
Bogor terus dilakukan seiring merebaknya
virus flu burung di Kota Bogor. Sementara itu,
Bagian Penelitian
Rumah Potong Hewan (RPH) mengatakan, saat ini di Kota Bogor sudah mulai banyak
ayam tiren yang dicurigai mengandung virus flu burung. Hanya saja, kesadaran
masyarakat sendiri relatif rendah, karena mereka menyukai daging yang harganya
murah, padahal daging-daging itu bisa berbahaya (Harian PR, 22 Juli).
Lain
lagi kasus di Pasuruan, petugas Polresta pernah menangkap salah seorang penjual
daging ayam di Pasar Gading, Pasuruan yang melakukan kecurangan. Ia diduga
menjual daging ayam yang tidak segar atau tiren. Dugaan masyarakat itu muncul,
karena ia berani menjual daging ayam di bawah harga pasaran. "Kalau ayam
sehat, jelas tidak mungkin dijual dengan harga murah," kata Kapolresta
Pasuruan (NOVA, 24/6). Selain memeriksa dan menahan pelaku, polisi juga menyita
barang bukti, berupa 14 ekor ayam tiren yang ada di dalam kotak sterofoam yang penuh es batu, sebagai
tempat menyimpan ayam agar tak cepat membusuk. Untuk membuktikan dugaan adanya
kejahatan, polisi membawa sebagian daging ayam yang dijadikan barang bukti, ke
Dinas Peternakan untuk dilakukan penelitian. Dugaan polisi memang benar.
Petugas ahli dari Dinas Peternakan menyimpulkan, daging ayam yang dijual tidak
sehat karena sudah mati 24 jam sebelum disembelih. "Ciri-cirinya, hati
ayam berwarna hitam pekat serta bagian pantat tampak memerah. Dari dua ciri ini
sudah menunjukkan, daging ayam yang dijual oleh oknum tersebut jenis ayam
tiren. Jadi, saat disembelih ayam tersebut sudah menjadi bangkai,"
Dibanding dengan penjual lain ia menjual hanya Rp 5-8 ribu per-ekor. Salah satu
cara mengelabui pembeli, pedagang sengaja menjual pada malam hari. Kondisi
penerangan pasar yang remang-remang membuat pembeli tidak bisa membedakan
daging ayam yang segar dengan ayam tiren. "Kalau diamati memang ada
perbedaan antara ayam sehat dengan daging ayam tiren,". Dari
Kasus-kasus diatas, terlihat bahwa karkas ayam tiren atau tibon makin marak
beredar dalam perdagangan daging, hal ini karena oknum pedagang mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan kepentingan kesehatan
konsumen. Padahal konsumen menuntut bahwa daging yang dikonsumsi harus terjamin
keamanannya, sehat, halal, dan tetap bergizi. Kerugian akibat transportasi ayam
adalah 3 -10% karena penurunan bobot hidup dan 1-3% terjadi kematian. Selain
itu prosesing harus dilakukan sebaik-baiknya, karena hasil prosesing sangat
dipengaruhi oleh tahap awal yaitu pemeliharaan atau prapanen, seperti kondisi
ayam dalam kandang terlalu padat, terlalu padat saat pengangkutan, alas kandang
kurang sehat, dan kerusakan pada kulit, patah sayap serta kontaminasi bakteri.
Penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian awal untuk mendeteksi ayam tiren dengan
membandingkan penampilan karkas ayam
berasal dari ayam sehat yang dipotong secara normal dengan karkas ayam berasal
dari ayam tiren, disamping itu telah pula ditelusuri beberapa ciri-ciri khas penampilan
karkas ayam tiren atau karkas ayam tibon, berdasarkan pengalaman dari beberapa
informasi tertulis. Tabel 1, karakteristik karkas ayam dipotong normal, 30
menit setelah mati dan 60 menit setelah mati alias tiren.
Tabel 1. Hasil pengamatan karakteristik karkas dan organ dalam ayam
Perbedaan
karakteristik karkas dan organ dalam ayam
|
|||||||
Pemotong
an Ayam
|
Warna
Karkas
|
Hati
|
Usus
|
Aroma
|
Konsis
tensi
|
Kerusak an
|
Lain-lain
|
Normal/ kontrol
(Kel. I)
|
Normal - kurang kuning
|
Normal - merah
coklat
|
Normal -kuning
|
Normal
|
Kenyal-
keras
|
Tak ada kerusakan
|
Tak ditemukan pembekuan darah.
|
Potong 30menit
setelah mati
(Kel. II)
|
Kuning- merah
(agak suram basah)
|
Coklat hitam
(gelap)
|
Banyak darah
pada pembuluh kapiler usus.
|
Abnormal,agak
amis
|
Agak lemah
|
Terdapat kerusak
an pada kulit.
|
Ada pembekuan darah pada persendian tulang.
|
Potong 60menit,
setelah mati
(Kel. III)
|
Memar, terdapat cairan darah warna gelap
|
Coklat-hitam
|
Pembekuan darah lebih banyak (gelap)
|
Abnormal (lebih
amis/bau)
|
Lemah sekali
|
Tidak terbatas pada kulit dan daging.
|
Terdapat patahan tulang. Pembekuan darah pada tunggir .
|
Dari tabel 1, terlihat bahwa
karakteristik fisik dari warna karkas ayam, sangat berbeda antara karkas
kontrol dengan karkas ayam tiren yang dipotong 30 dan 60 menit, dimana pada
karkas ayam tiren terdapat tanda-tanda kuning - merah (agak suram basah) dan
terdapat memar, juga terdapat cairan darah warna gelap, ciri ini sangat berbeda
dengan karkas yang berasal dari pemotongan normal (kontrol) yaitu warnanya
normal-kurang kuning. Warna daging ayam yang normal adalah putih, warnanya
segar, bau dan cita rasa normal.
Sedangkan warna karkas yang segar adalah putih kekuningan, aroma khas
dan tidak basah. Penampilan hati pada karkas ayam tiren berwarna coklat hitam
(gelap), sedangkan hati pada hasil pemotongan ayam normal berwarna merah-coklat.
Warna hati ayam yang normal adalah merah terang kecoklatan dan cenderung segar.
Karakteristik fisik pada usus karkas ayam dari ayam tiren terdapat banyak darah
pada pembuluh kapiler usus. Sedangkan pada karkas ayam tiren 60 menit,
pembekuan darah lebih banyak (gelap), sangat berbeda dengan karkas normal,
dimana ususnya normal kuning. Aroma karkas ayam dari ayam iren, berbau amis –
lebih amis pada ayam tiren 60 menit, sedangkan karkas dari ayam dari pemotongan normal berbau normal. Karkas
ayam yang sehat mempunyai aroma khas, bau normal serta cita rasa yang normal /
segar. Konsistensi dagingnya agak lemah
sampai lemah sekali pada karkas ayam dari ayam tiren dan ini berbeda sekali
dibandingkan karkas ayam dari pemotongan normal, dimana konsistensinya kenyal /
keras.
Adapun tingkat kerusakan pada karkas
terdapat kerusakan pada kulit pada karkas ayam yang dipotong 30 menit sesudah
mati dan terdapat kerusakan pada kulit dan daging untuk karkas ayam yang
dipotong 60 menit sesudah ayam mati. Hal ini berbeda dengan karkas ayam yang
dipotong normal yang tidak terdapat kerusakan pada kulit dan daging. Karkas
ayam normal yang termasuk grade mutu A, korformasinya khas, berdaging baik,
tidak ada kerusakan kulit dan tidak terdapat tulang patah.
2. Karakteristik kimia dan
mikrobiologis
Tabel 2. Hasil uji kebusukan, pH dan jumlah bakteri setiap
perlakuan
Pemotong
an Ayam
|
Uji Pb-Asetat
|
Uji Postma
|
pH
|
Jumlah bakteri
|
Normal / kontrol
(Kel. I)
|
Positif setelah 10-12 jam prosesing
|
negatif setelah 2jam prosesing
|
5,45-6,20
rata-rata 5,90
|
9,0x108
|
Potong
30 menit setelah mati
(Kel.II)
|
Positif setelah 6 jam prosesing
|
Positif pada saat pengujian
|
5,31-6,53
rata-rata 5,92
|
102x108
|
Potong
60 menit setelah mati
(Kel.III)
|
Positif 4 jam setelah prosesing
|
Positif pada saat pengujian
|
5,50-7,20
rata-rata 6,35
|
114x108
|
Uji Postma yang dilakukan pada daging ayam pada pemotongan normal
setelah 2 jam prosesing hasilnya meragukan, karena kertas lakmus merah yang
berfungsi sebagai indikator hanya
menunjukkan hasil yang samar-samar atau positif / negatif, lakmus merah
menjadi biru (belum positif biru), sehingga karkas ayam normal belum mengalami
proses pembusukan. Pada karkas ayam tiren 30 dan 60 menit, pada pengujian
dengan lakmus telah terjadi perubahan warna dari merah menjadi warna biru,
sehingga karkas ini telah mengalami kebusukan. Hasil uji Postma dikatakan
positif apabila bahan yang diuji menghasilkan NH3, indol, metilamin dan H2S
yang terjadi akibat dekomposisi dari protein, menghasilkan merkaptan, amina dan
asam-asam lemak yang menimbulkan bau busuk.
Pada uji Pb Asetat, terjadi pembusukan 10-12 jam setelah prosesing pada
karkas ayam normal, tetapi terjadi pembusukan 6 jam setelah prosesing pada
karkas ayam tiren 30 dan terjadi pembusukan 4 jam setelah prosesing pada karkas
ayam tiren 60 menit. Hasil pemeriksaan pH pada karkas ayam normal menghasilkan
pH 5,45-6,20 rata-rata 5,90, pada karkas ayam tiren 30 menit
menghasilkan pH 5,31-6,53 rata-rata 5,92; sedangkan pada karkas ayam tiren 60
menit mempunyai pH 5,50-7,0 rata-rata 6,35. Menurut Soeparno (1994) pada
kondisi normal, pH karkas ayam broiler mempunyai kisaran pH 5,3-5,7. Hasil perhitungan jumlah
bakteri daging pada karkas ayam normal menghasilkan total bakteri rata-rata
9,0x108 sedangkan pada ayam
tiren 30 dan 60 menit menghasilkan total bakteri rata-rata 102x108 dan
114x108. Menurut Buckle, et.al
(1987) pertumbuhan / perkembangan
bakteri pada bahan pangan sangat dipengaruhi oleh kadar gizi bahan yaitu
protein, kadar air, mineral dan
karbohidrat. Pada daging ayam mempunyai kadar protein yang tinggi yaitu sekitar
23% dengan kadar air sekitar 68-76% sehingga merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Selain itu
pertumbuhan bakteri pembusuk dipengaruhi pH yang optimum yaitu sekitar pH 7,
hal ini terjadi pada karkas ayam tiren 60 menit.
3. Ciri-ciri khusus karkas ayam tiren / tibon
Hasil penelusuran terhadap ciri-ciri
karkas ayam terindikasi ayam tiren/ tibon adalah bahwa pada umumnya penjualan
karkas ayam dilakukan sore/malam hari dengan harga yang murah dalam bak atau
ember dan direndam dalam formalin dengan menggunakan pewarna kuning. Beberapa
pendapat atau penemu ciri-ciri karkas ayam terindikasi dari ayam tiren atau
tibon, seperti yang terangkum dalam tabel 3.
Dari tabel 3, terlihat bahwa ciri khas karkas ayam tiren yang mudah
dikenali adalah tubuh karkas lebam,
terlihat kebiru-biruan. Karkas tiren biasanya dijual malam hari/subuh, dalam
wadah yang berair, atau dibuat suasana basah, agar terlihat segar, dengan obat tertentu warna daging ayam tiren
bisa mirip daging ayam sehat, bila dicicipi seperti ada rasa obat/bahan kimia.
Kulit karkas penuh bercak-bercak merah dan disana-sini ada warna kebiru-biruan.
Setelah karkas digoreng dan kulit disobek, warna daging kemerah-merahan.
Apabila ayam tiren goreng diwadahi plastik, dalam perjalanan ada genangan air
bercampur darah. Warna daging ayam tiren agak kemerahan/agak pucat. Bekas
potongan leher ayam tiren rata /rapih.
Daging ayam "tiren" dijual di dalam ember atau bak. Ayam tiren dijual
setengah matang, yang diwarnai. kuning. Untuk mengeceknya cukup membuka kulit
ayam kuning tersebut. "Kalau yang tiren biasanya di antara kulit dan
daging terlihat bercak-bercak darah yang telah membeku. Hati ayam berwarna hitam pekat serta bagian pantat tampak memerah,
biasanya dijual pada malam hari.
Karkas/daging ayam harus memenuhi
syarat, keamanan, kehalalan, kebersihan. Daging ayam adalah sumber protein
hewani yang bermutu tinggi dan perlu dikonsumsi oleh anak-anak dan orang dewasa
agar cerdas, sehat, tumbuh secara normal, lebih produktif dan bergairah. Daging yang akan kita konsumsi haruslah daging
yang baik dan sehat, aman dan halal dengan tanda-tanda: bersih/ terang, lapisan
luar kering, berasal dari rumah potong ayam dengan sistem pemotongan yang
halal, sudah ditiriskan, aroma tidak amis dan tidak bau asam, daging masih
elastik dan tidak kaku, tidak ada memar dan kulit utuh. Menurut
Badan Standarisasi Nasional (2000) model proses produksi menggunakan pendekatan
proses yang melibatkan kegiatan identifikasi, interaksi antara proses dan
pengelolaan proses-proses. Pendekatan proses menekankan kepada pentingnya
memahami dan memenuhi syarat, kebutuhan untuk mempertimbangkan proses dalam
pengertian nilai tambah, memperoleh kinerja proses dan keefektifannya dan
perbaikan berkesinambungan proses berdasarkan pengukuran objektif. Model
pendekatan proses terdiri dari tujuan, pelanggan, masukan, proses, hasil,
luaran dan pengukuran umpan balik. Tujuan dari proses produksi pemotongan ayam
yang merupakan bahan baku olahan hasil ternak adalah untuk menghasilkan produk
yang dapat memenuhi kebutuhan atau memuaskan pelanggan, yaitu produk daging
ayam yang halal. Oleh karena itu, identifikasi kebutuhan konsumen oleh produsen
pangan harus dilakukan sebagai salah satu masukan dalam proses.
Produsen
pangan dalam proses produksinya harus menerapkan suatu sistem yang dapat
menjamin proses yang dilakukan dan produk yang dihasilkan telah sesuai dengan
persyaratan pelanggan. Untuk menjamin proses
sesuai dengan persyaratan halal, maka diterapkan sistem jaminan halal.
Tabel
3. Ciri khusus fisik karkas ayam tiren atau tibon.
Ciri karkas
ayam normal/ sehat
|
Ciri karkas
terindikasi ayam tiren / tibon
|
Penemu ciri
ayam tiren / tibon
|
Tubuh karkas terlihat sehat, cenderung kering
|
Tubuh karkas lebam, terlihat kebiru-biruan. Biasanya
dijual malam hari/subuh, dalam wadah yang berair, atau dibuat suasana basah,
agar terlihat segar.
|
Indohalal.com
(November, 2003)
|
Warna karkas putih/ normal, bau normal, konsistensi
baik
|
Dengan obat tertentu, warna daging ayam tiren bisa
mirip daging ayam sehat, bila dicicipi seperti ada rasa obat/bahan kimia.
|
Muhammad (Desember.2004)
|
Warna karkas putih normal
|
Warna daging agak kemerahan / agak pucat
|
Yono (Agustus, 2005)
|
Karkas bersih
|
Kulit karkas penuh bercak-bercak merah dan disana-sini
ada warna kebiru-biruan. Setelah karkas digoreng dan kulit disobek, warna
daging kemerah-merahan. Apabila ayam goreng diwadahi plastik, dalam
perjalanan ada genangan air bercampur darah.
|
Leni Rizkinta (Mei, 2005)
|
Luka sayatan leher tidak rata / luka sayatan tidak teratur.
|
Bekas potongan leher rata /rapih
|
Bilal (September, 2005).
|
Daging ayam yang sehat terlihat segar dan dijual di atas meja.
|
Daging ayam "tiren" dijual di dalam ember
atau bak. Ayam dijual setengah matang, yang diwarnai. kuning. Untuk mengecek
nya cukup membuka kulit ayam kuning tersebut. "Kalau yang 'tiren', biasanya
di antara kulit dan daging terlihat bercak-bercak darah yang telah membeku.
Kalau dimakan, rasanya aneh dan hambar," Harga nya murah, umumnya
direndam formalin dan menggunakan pewarna kuning.
|
Dinas
Pertanian, Bogor
|
Hati ayam coklat muda
|
Hati ayam berwarna hitam pekat serta bagian
pantat tampak memerah, biasanya dijual pada malam hari.
|
Dinas Pertanian, Pasuruan 2005
|
Sistem jaminan halal yang harus
digunakan di rumah potong ayam dalam menjalankan sistem penyembelian ayam yang
memenuhi syarat agama Islam.
Beberapa ketentuan yang harus dipenuhi adalah:
orang yang menyembelih adalah orang yang berakal sehat dan beragama Islam, alat
yang digunakan harus tajam sehingga memungkinkan mengalirnya darah dan
terputusnya tenggorokan serta saluran makanan dan minuman dan harus menyebut
nama Allah saat menyembelih. Beberapa
definisi istilah yang telah dituangkan dalam rancangan peraturan pemerintah
tentang jaminan produk halal tahun 2003 dan pedoman produksi halal sebagai
berikut: (1) halal merupakan sesuatu yang diperkenankan dan diizinkan oleh
Allah SWT. (2) jaminan halal adalah kepastian hukum yang menjamin bahwa produk
makanan, minuman, obat, kosmetika dan produk halal lainnya untuk dikonsumsi dan
digunakan oleh masyarakat. (3) kebijakan halal adalah persyaratan tertulis dari
pimpinan puncak pelaku usaha yang berupa komitmen atau janji untuk melaksanakan
dan menegakkan serta memelihara sistem jaminan halal. (4) sasaran halal adalah
hasil produksi yang memenuhi persyaratan halal. (5) organisasi halal adalah
pelaksanaan sistem produksi halal yang terdiri dari perwakilan masing-masing
bagian/divisi seperti bagian pembelian, pengendalian mutu, produksi dan
pemasaran serta auditor internal halal yang dikoordinasi oleh koordinator
halal. (6) koodinator halal adalah orang yang bertanggung jawab atas seluruh
proses yang diperlukan untuk sistem produksi halal agar dapat dilaksanakan dan
dipelihara dengan baik. (7) auditor halal internal adalah orang yang
merencanakan dan melaksanakan tanggung jawab audit penyembelihan dan produksi
halal dan melaporkan hasil internal audit kepada koordinator halal. (8) diagram
alir adalah suatu gambaran yang sistematis dari urutan tahapan pekerjaan yang
dipergunakan dalam produksi atau dalam menghasilkan pangan tertentu.
Semoga bermanfaat dan waspada saat
dan akan membeli karkas/ daging ayam menjelang lebaran